Teguh Ostenrik

Menghormati Lingkungan Lewat Karya - Teguh Ostenrik memegang gelar Master dalam Seni Rupa Hochschule der Kuenste, Berlin Barat, Jerman. Dia telah mengadakan lebih dari seratus pameran tunggal dan kelompok di AS, Eropa (Prancis, Belanda, Jerman), Australia, dan di seluruh Asia. Sebagian besar karya Ostenrik dibuat berdasarkan rasa hormatnya terhadap lingkungan. Dia menggunakan banyak bahan daur ulang dan warna tanah. Dia percaya bahwa dirinya telah dibesarkan dalam budaya Indonesia, lulus dari Hochschulle der Künste Berlin Barat, Jerman dan kemudian tinggal di Europa selama 16 tahun, telah menciptakan wawasan dua sisi dalam karya-karyanya. Budaya Indonesia dan Eropa telah bergabung dalam dirinya dan secara tidak sadar membentuk pernyataan artistiknya.

Ciptakan Karya Terumbu Karang Buatan 

Pada bulan September 2015, Teguh Ostenrik dan Yayasan Terumbu Rupa telah bekerja sama untuk menempatkan terumbu buatan di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Kali ini instalasi disebut "Domus Longus“, secara harfiah berarti Rumah Panjang. Replika citra ikan kupu-kupu Longnose melekat pada struktur. Ikan khusus ini adalah pemboikotan Taman Nasional Wakatobi.

Tiga bulan kemudian pada bulan Desember 2015, satu lagi Terumbu Buatan buatan ditempatkan di Pulau Pelangi, Wilayah Pulau Seribu, Jakarta Utara.Itu disebut "Domus Musculi" yang artinya House of Kersels, sebagai kenangan akan apa yang telah terkenal di Teluk Jakarta dan kerang-kerangnya, yang saat ini sudah tidak ada lagi karena polusi yang tinggi.

Motif Cap Batik  

Laut sesungguhnya adalah penyangga kehidupan manusia, ia adalah sumber protein hewani yang kaya dan pengkontribusi oksigen yang kita hirup. Terumbu karang yang hidupnya bergantung pada kondisi “kesehatan” laut juga punya peran penting sebagai penopang hidup ekosistem bawah air dengan keanekaragaman hayati tertinggi dan penjaga pantai dari abrasi.

Saat ini kondisi terumbu karang dalam ancaman akibat praktek penangkapan ikan yang salah, sedimentasi dari deforestasi di darat, polusi berat dan naiknya suhu air laut akibat pemanasan global.Berbagai kampanye penyelamatan laut acap kali dilakukan. Namun tantangannya adalah opini publik yang umumnya melihat laut hanyalah sebagai hamparan air nan luas tanpa memahami fungsi dan peran penting ekosistem yang hidup di bawah permukaan air.

Yayasan Terumbu Rupa (YTR) , sebuah organisasi nirlaba yang memiliki misi untuk mengkonservasi terumbu karang melalui media seni, berusaha menggugah kesadaran publik untuk ikut peduli dan terlibat dalam upaya penyelamatan laut.

Kali ini YTR menggunakan media batik yang sudah diterima dengan baik oleh khalayak ramai. Bekerja sama dengan Bazaar Art Fair 2016 dan Yayasan Losari, Teguh Ostenrik meluncurkan 2 dari 6 motif batik bertema laut , yaitu motif ikan dan terumbu karang. Motif tersebut kemudian dicap pada kain yang diwarnai dengan pewarna alami.

Pewarna alami menuntut proses yang lebih lama, rumit dan menghabiskan biaya yang lebih besar. Tapi jika kita lihat bahwa dalam setahun berjuta-juta ton limbah dari pewarna kimia dibuang ke laut dan membinasakan ekosistem, maka sudah selayaknya kita turut mendukung perajin batik (textile) dengan pewarna alami. Ukuran alat cap nya adalah 20x20 cm yang terbuat dari bahan tembaga. Sedangkan ukuran motifnya sekitar 10/15 cm. Kemudian kain yang sudah jadi dibuat menjadi produk pakai seperti sarung pantai dan gelang motif.

          Yayasan Losari sendiri, dalam hal ini Batik Losari memang memproduksi batik dengan pewarna alam yang ramah lingkungan. Kerjasama ini masih bisa berlangsung karena motif yang digunakan mengacu kepada pelestarian alam, dan produk yang di hasilkan nantinya mampu mengkampanyekan gerakan cintai terumbu karang.

          Kepercayaan YTR untuk memroduksi batik cap dengan Batik Losari karena memiliki misi yang sama. Berkreasi dengan tetap mengutamakan pelestarian alam dan budaya asli Indonesia yaitu batik.

Biodata Teguh Ostenrik 

1950 Lahir di Jakarta, Indonesia
1972 Desain Grafis, Lette Schüle - Berlin Barat, Jerman
1974 Seni Rupa, Hochschule der Künste - Berlin Barat, Jerman
1980 Meisterschüler di bawah Prof. H Bachmann, Hochschule der Künste Berlin Barat, Jerman
1981 Bekerja di Studio Gambar Seni, Amsterdam, Belanda
1982 Mendirikan Atelier di Köln, Jerman
1984 Empat bulan studi Seni komparatif di Indonesia
1988 Kembali ke Jakarta, Indonesia
1989 -1994 Pemilik C-LINE GALLERY, Jakarta, Indonesia
1995 -2003 Pemilik Galeri Teguh, Jakarta, Indonesia
2004 - Sekarang Owner dari Bilik 3Dharma, Jakarta, Indonesia

Beberapa pameran solo yang pernah dilakukan:

  • "Look At Me", pameran lukisan dan patung, Nadi Gallery, Jakarta Indonesia (2005)

  • "Compassion", Gereja St. Mary of the Angels, Singapura (2005)

  • "Kamasutra Femmes", pameran lukisan dan patung, East & West Gallery, Melbourne, Australia (2007)

  • "NEO", pameran lukisan, Koong Gallery, Jakarta, Indonesia (2008)

  • "deFACEment", pameran lukisan dan patung, Alpha Utara Gallery, Penang, Malaysia (2008)

  • "10x10: An Accidental Autobiography", AOD Artspace, Jakarta, Indonesia (2009)

  • "deFACEment", pameran lukisan dan patung, Ide Global Art, Jakarta, Indonesia (2009)

  • "Sarong - Identity?", pameran lukisan dan patung, Galeri Semarang - JAD, Jakarta, Indonesia (2010)

  • "deFACEment", pameran lukisan dan patung, Tembi Contemporary, Yoyakarta, Indonesia (2010)

  • "Linea Nigra", pameran lukisan dan patung, CG Artspace, Jakarta, Indonesia (2010)

  • "Domus Sepiae", Senggigi, Lombok, Nusa Tenggara Barat (2014)

  • "Menembus Batas", Kalijodo, Jakarta, Indonesia (2017)